Mei 17, 2008

Jangan Sekali-kali Berpikir Tentang Kegagalan

Jangan Sekali-kali Berpikir Tentang Kegagalan
oleh: Warren Bennis dan Burt Nanus

Mereka yang berada di jalan-jalan keberhasilan selalu memandang ke depan, bukan ke belakang.

Ray Mayer, seorang pelatih bola basket universitas de Paul telah berhasil memimpin regunya mengalami kekalahan setelah meraih 29 kemenangan, saya menyakan perasaan-perasaannya sehubungan dengan kekalahan tersebut. Jawabnya: "Luar biasa. Kini kami dapat lebih berkonsentrasi pada kemenangan daripada berusaha agar tidak mengalami kekalahan."
Bagi banyak orang, kata "gagal" menyiratkan suatu makna titik akhir. Lain halnya bagi para pemimpin yang berhasil, kegagalan justru merupakan titik awal dan batu loncatan menuju usaha-usaha yang diperbarui. Para pemimpin besar tidak akan terpancing pada kegagalan-kegagalan.
Hal ini menjadi jelas bagi kita mewawancarai para pemimpin yang dikenal sukses serta mengkaji kehidupan dari 90 orang pria dan wanita yang berhasil, para pemimpin perusahaan, senator, pelatih olahraga, dan lain-lain. Hasil wawancara tersebut kami jadikan sebagai bahan penulisan buku tentang kepemimpinan. Orang yang sukses tersebut tidak pernah menggunakan kata-kata yang bersinonim dengan kegagalan seperti "kesalahan". "awal yang salah" dan "kemerosotan."
Salah seorang di antara mereka mengatakan kepada saya: "Bila saya memiliki bentuk seni kepemimpinan, bentuk seni tersebut adalah membuat kesalahan sebanyak mungkin dan secepat mungkin, agar saya dapat belajar. Banyak pimpinan yang mengenang sebuah kalimat-kalimat emas yang pernah diucapkan oleh Herry Truman yang terkenal; "Bila saya membuat suatu keputusan yang ceroboh, saya tidak akan terus bergumul dengan keputusan yang ceroboh tersebut, melainkan saya akan meninggalkan keputusan tersebut dan mulai membuat keputusan yang lain."
Fletcher Byron adalah seorang pensiunan direktur Koppers, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan dan penyediaan bahan bangunan. Ketika ditanya mengenai keputusan tersulit yang pernah dibuatnya, ia menanggapi pertanyaan tersebut dengan komentar: "Saya tidak pernah mengenal adanya keputusan yang sulit. Segala yang dapat saya lakukan adalah yang terbaik, yang mampu saya lakukan. Kekuatiran yang berlebihan hanya akan menghalangi pikiran yang jernih."
William Smithburg, pimpinan sebuah perusahaan terkenal Quaker Oats, bertanggung jawab atas dua "kesalahan"
yaitu pengambil-alihan sebuah perusahaan videogame yang kini telah ditutupnya, dan sebuah bisnis alat-ekstra/ perhiasan hewan peliharaan, yang dibelinya dan kemudian sekali lagi terpaksa ditutupnya, "SAya ingin agar Anda semua berani mengambil resiko karena tak ada seorangpun manajer senior yang bekerja di perusahaan ini yang belum pernah mengalami kegagalan, termasuk saya sendiri. Sama halnya dengan seseorang yang belajar bermain ski, Anda tidak akan pernah mencapai kemajuan bila Anda tidak pernah jatuh.
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa para pemimpin yang saya wawancarai merasa bangga dengan kegagalan-kegagalan yang pernah mereka buat, namun yang pasti mereka yakin bahwa mereka dan para bawahan mereka dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Beberapa tahun yang lalu seorang pimpinan yunior IBM yang dianggap sangat potensial membuat suatu kesalahan besar sehingga menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kerugian beberapa juta dolar. Thomas J. Waston Sr, salah seorang pendiri IBM, memanggil pemimpin muda tersebut ke kantornya, dan begitu bertemu, pimpinan yunior tersebut langsung mengatakan, "Anda pasti menginginkan pengunduran diri saya, bukan?" Namun dengan tenang Waston menjawab, "Tidak, sama sekali tidak. Bukankan kita telah mengeluarkan biaya beberapa juta dolar untuk pendidikan Anda?"
Sikap lain yang dijumpai dari para pemimpin yang sukses adalah bahwa mereka sangat menghargai enerji-enerji yang telah mereka curahkan dalam mengerjakan suatu tugas. Dalam diri mereka kita juga menemukan suatu penggabungan antara kerja keras dan santai. Para pemimpin tersebut sangat menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sehingga tak ada waktu untuk memikirkan rasa kuatir akan kegagalan.
Mereka meniti kepemimpinan secara tegar tanpa rasa takut

Tidak ada komentar: