Mei 17, 2008

Sumpit Cina


Pada suatu kesempatan, Pagi yang cerah, seorang teman lama main kerumah, beliau seorang yang tergolong memiliki prinsif hidup yang kuat, maklum beliau berlatar belakang pendidik. Dalam perjalanan hidup Beliau yang penuh dengan lika-liku dan perjuangan demi satu pembuktian bahwa setiap manusia berhak dan bisa menjadi yang terbaik asalkan mereka mau berusaha.
Seperti anak muda pada umumnya, Beliau tidak luput dari cerita kenakalan, urak-urakan, suka berkelahi, namun beliau seorang yang analitik. hingga beliau masuk bangku kuliah beliau disadarkan pada satu kenyataan bahwa yang menjadi juara kelas adalah seorang wanita, beliau merasa malu sekali, selama ini menganggap diri jagoan, pintar, tapi kenyataannya kalah oleh seorang wanita, akhirnya saat itu juga beliau memutuskan bahwa semester depan Beliau harus jadi juara. Mulai saat itu beliau berusaha keras, menata diri, tekun belajar, hingga pada semester berikutnya Beliau benar-benar bisa meraih Juara 1.
Hingga memasuki dunia baru yaitu dunia rumah tangga, beliau menjadi instruktur komputer di beberapa LPK dan instruktur panggilan, setiap hari beliau bisa mengantongi Rp. 30.000 dari hasil mengajar, hasil yang cukup besar pada saat itu tahun 80an, karena kesibukan kerja demikian juga istri, maka setiap hari mereka tidak sempat masak dan akhirnya jajan setiap hari. merasa mudah mendapatkan uang, maka beliau kurang perhitungan dalam membelanjakan uangnya, beli ini, beli itu, hingga akhir bulan hasilnya 0 (Nol). hal ini berlangsung beberapa tahun, hingga pada suatu saat merenung, kenapa kehidupan saya hanya jalan ditempat padahal saya punya hasil yang lumayan.
Suatu saat beliau sharing dengan beberapa teman atas kondisi beliau, seorang teman mengatakan begini "Pak Lihatlah orang cina, Orang cina makannya pakai sumpit" artinya apa? Orang cina kalau pendapatanya 5, maka 2 untuk dimakan sementara yang 3 ditabung. Bedahalnya dengan kita, "Kita makannya pakai tangan", artinya, Kita kalau dapat penghasilan 5, langsung dimakan semua.
Kita sering terpola seperti itu, dapat penghasilan lebih, langsung ganti HP, Ganti Motor, Ganti Mobil, Beli TV Baru, beli Kulkas, Jalan-jalan dan lain sebagainya, sehingga berapapun penghasilan kita, kita tidak akan pernah merasa cukup, kalau sudah begitu maka sulit sekali membesarkan otot syukur. kehidupan ini menjadi berat karena keluhan akan mendominasi hidup kita. kalau kita sadari bukankah bahagia atau sengsara itu adalah pilihan. kita menjadi sengsara jika kita mengijinkannya.

Fokus



Kejadian 1.
Bila suatu ketika kita mengendarai mobil disuatu jalan raya dengan santai, karena tidak ada sesuatu yang kita kejar. Tiba-tiba dari samping terdengar suara dubrak........, ternyata ada yang menyerempet mobil anda, pertanyaanya, apa yang akan anda lakukan? mungkin yang pertama pastilah kaget, lalu mengejar penyerempet, kalau sudah dapat, lalu marah-marahi, mencaci maki, kalau orangnya ngeyel kasi bonus tonjok.

Kejadian 2.
Sama halnya dengan kejadian 1, hanya bedanya kita sedang mengendarai mobil dengan serius, lalu ada yang menyerempet mobil anda, spionnya patah, tapi kali ini disebelah kita ada istri kita yang sedang mengerang kesakitan karena mau melahirkan, air ketubannya sudah pecah, sehingga kita harus segera sampai dirumah sakit, pertanyaan yang sama, menurut anda "Apa yang akan anda lakukan"? apakah anda akan mengejar penyerempet, memarahi, memaki bahkan menonjok? atau anda tidak perduli, terus melaju menuju rumah sakit?

Menurut saya :
Saya akan terus melaju menuju rumah sakit, selama mesin mobilnya masih bisa jalan, karena apa? karena saya punya fokus yang lebih penting, yaitu menyelamatkan anak dan istri saya.

Dalam hidup kita harus punya tujuan yang jelas, tau kemana kita harus melangkah, dan fokus pada tujuan utama. dalam perjalanan menuju impian akan ada banyak rintangan, dari rintangan kecil sampai rintangan besar, jika kita fokus pada tujuan, maka jangan sampai rintangan itu mampu membelokkan anda dari tujuan semula, tetap fokus pada pada tujuan besar meski banyak godaan, banyak cemoohan, banyak senggolan disana-sini, selama mesin mobil kita masih bisa berjalan, maka teruslah berjalan karena anak, istri dan orang-orang yang kita cintai lebih membutuhkan kita ketimbang kita mengurus hal-hal yang tidak penting ..........

Punya impian besar namun belum punya kendaraanya...? mari belajar bersama....

Belajar Dari Pengamen


Pada suatu Jumat sore, ketika saya baru saja pulang dari mengantarkan anak Les, saya melihat kerumunan beberapa orang yang sedang menikmati lagu-lagu dari sekelompok pengamen yang dengan riang menyayikan lagu-lagu dangdut tempo dulu, karena kebetulan sebelah rumah saya, saya akhirnya ikut menikmati sambil ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman, selang 10 menit berlalu, lagu-lagu itu pun berhenti, saya langsung melongo untuk melihat, ternyata para pengamen telah selesai dengan lagu-lagunya. ketika mereka akan pergi meninggalkan tempat itu, selang 50 meter, mereka kembali lagi karena ternyata dipanggil oleh tetangga yang lain, singkat cerita setelah selesai, kelompok pengamen ini akhirnya mampir juga ketempat kami, lalu mulailaih mereka menyanyi di iringi Kendang, Gitar Listrik (menggunakan batrai kering), Keyboard, kami (saya, istri, mbak, dan beberapa karyawan) menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan kelompok pengamen itu, suaranya cukup bagus, setelah hampir menyelesaikan satu lagu, saya lalu menyiapkan uang lima ribuan,(karena saya merasa sangat terhibur dan penampilanya santun) dan menyerahkan ke salah satu anggota pengamen itu dengan senyuman dan ucapan terimakasih Ia menerima uang itu, saya langsung masuk karena saya pikir pasti setelah itu mereka langsung pergi, tapi ternyata tidak, mareka menambah beberapa kali Reff, lalu saya pikir ahh.. paling setelah reff ini. setelah menyelesaikan satu lagu ternyata mereka menyanyikan lagu berikutnya dengan semangat yang sama seperti halnya lagu pertama, Lagu Pertama, Kedua, Ketiga, Ke empat, ke Lima........, Ya TUHAN, mestinya mereka sudah bisa pergi dari tadi, ngapain mereka buang-buang waktu? padahal mereka kan sudah saya kasi lima ribu? mestinya kalau mereka pergi dari semenjak saya kasi uang tadi mereka sudah dapat tambahan ditempat lain, tapi ngapain mereka terus bernyanyi sampai 5 Lagu?
Saya sering bilang ke teman-teman karyawan, tugas kita melakukan perkerjaan kita dengan semaksimal mungkin, sementara tugas pemimpin kita adalah memikirkan kesejahteraan kita. sama halnya dengan apa yang dilakukan kelompok pengamen itu, dia hanya melakukan tugasnya yaitu bernyanyi dengan sebaik mungkin, masalah akan dikasi atau tidak atau mau dikasi berapa itu adalah tugas orang lain dimana dia mengamen. demi menyaksikan pemandangan itu, spontan saya katakan ke teman-teman bahwa inilah salah satu penerapan quantum iklas (Berkerja dengan Iklas dan menerima hasilnya dengan iklas). Awalnya mereka bernyanyi dengan maksimal tanpa mengharapkan berapa yang mereka terima, setelah mereka menerima mereka juga menerima dengan penuh rasa syukur dengan cara tidak mengurangi hak orang lain untuk menikmati lagu-lagu yang mereka nyanyikan. karena hawa positif yang mereka bawa, maka sambutan positif juga yang mereka terima, rata-rata orang sinis terhadap pengamen, menyusahkan saja..... bikin pusing mencari recehan...., namun kelompok pengamen ini membuat saya terhibur, dan saya lihat tetangga-tetanga saya juga tersenyum puas.
Anda mungkin sering merasakan jengkel, sebel dan dongkol bila ada orang yang membantu anda namun dia meminta upah terlebih menyebutkan nilainya, karena sebenarnya secara manusiawi anda pasti telah menyiapkan yang mungkin nilainya lebih besar dari yang sekedar ia minta, kenapa? Karena pada dasarnya setiap orang memiliki rasa welas asih, rasa kemanusiaan, sepertihalnya apa yang disampaikan oleh andri wongso dalam audio booknya " kita adalah manusia spiritual yang sedang mendiami bumi".
banyak karyawan yang terjebak pada satu sikap Menuntut, menunggu hasil besar baru kerja maksimal, padahal disatu sisi kita tahu, kebanyakan orang tidak senang dituntut, sementara pemilik perusahaan tentunya juga melihat kinerja karyawan tersebut karena bagaimanapun juga kita dibayar dari apa yang kita hasilkan bersama.
Seperti apa yang disampaikan Erbe Sentanu dalam Bukunya Quantum Iklas, Lakukankanlah sesuatu dengan iklas dan terimalah hasilnya dengan Iklas, niscaya kita akan hidup bahagia, karena kebahagiaan yang hakiki ketika kita bisa menikmati apa yang ada dengan penuh rasa syukur.

Salam ............

Jangan Sekali-kali Berpikir Tentang Kegagalan

Jangan Sekali-kali Berpikir Tentang Kegagalan
oleh: Warren Bennis dan Burt Nanus

Mereka yang berada di jalan-jalan keberhasilan selalu memandang ke depan, bukan ke belakang.

Ray Mayer, seorang pelatih bola basket universitas de Paul telah berhasil memimpin regunya mengalami kekalahan setelah meraih 29 kemenangan, saya menyakan perasaan-perasaannya sehubungan dengan kekalahan tersebut. Jawabnya: "Luar biasa. Kini kami dapat lebih berkonsentrasi pada kemenangan daripada berusaha agar tidak mengalami kekalahan."
Bagi banyak orang, kata "gagal" menyiratkan suatu makna titik akhir. Lain halnya bagi para pemimpin yang berhasil, kegagalan justru merupakan titik awal dan batu loncatan menuju usaha-usaha yang diperbarui. Para pemimpin besar tidak akan terpancing pada kegagalan-kegagalan.
Hal ini menjadi jelas bagi kita mewawancarai para pemimpin yang dikenal sukses serta mengkaji kehidupan dari 90 orang pria dan wanita yang berhasil, para pemimpin perusahaan, senator, pelatih olahraga, dan lain-lain. Hasil wawancara tersebut kami jadikan sebagai bahan penulisan buku tentang kepemimpinan. Orang yang sukses tersebut tidak pernah menggunakan kata-kata yang bersinonim dengan kegagalan seperti "kesalahan". "awal yang salah" dan "kemerosotan."
Salah seorang di antara mereka mengatakan kepada saya: "Bila saya memiliki bentuk seni kepemimpinan, bentuk seni tersebut adalah membuat kesalahan sebanyak mungkin dan secepat mungkin, agar saya dapat belajar. Banyak pimpinan yang mengenang sebuah kalimat-kalimat emas yang pernah diucapkan oleh Herry Truman yang terkenal; "Bila saya membuat suatu keputusan yang ceroboh, saya tidak akan terus bergumul dengan keputusan yang ceroboh tersebut, melainkan saya akan meninggalkan keputusan tersebut dan mulai membuat keputusan yang lain."
Fletcher Byron adalah seorang pensiunan direktur Koppers, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan dan penyediaan bahan bangunan. Ketika ditanya mengenai keputusan tersulit yang pernah dibuatnya, ia menanggapi pertanyaan tersebut dengan komentar: "Saya tidak pernah mengenal adanya keputusan yang sulit. Segala yang dapat saya lakukan adalah yang terbaik, yang mampu saya lakukan. Kekuatiran yang berlebihan hanya akan menghalangi pikiran yang jernih."
William Smithburg, pimpinan sebuah perusahaan terkenal Quaker Oats, bertanggung jawab atas dua "kesalahan"
yaitu pengambil-alihan sebuah perusahaan videogame yang kini telah ditutupnya, dan sebuah bisnis alat-ekstra/ perhiasan hewan peliharaan, yang dibelinya dan kemudian sekali lagi terpaksa ditutupnya, "SAya ingin agar Anda semua berani mengambil resiko karena tak ada seorangpun manajer senior yang bekerja di perusahaan ini yang belum pernah mengalami kegagalan, termasuk saya sendiri. Sama halnya dengan seseorang yang belajar bermain ski, Anda tidak akan pernah mencapai kemajuan bila Anda tidak pernah jatuh.
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa para pemimpin yang saya wawancarai merasa bangga dengan kegagalan-kegagalan yang pernah mereka buat, namun yang pasti mereka yakin bahwa mereka dan para bawahan mereka dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Beberapa tahun yang lalu seorang pimpinan yunior IBM yang dianggap sangat potensial membuat suatu kesalahan besar sehingga menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kerugian beberapa juta dolar. Thomas J. Waston Sr, salah seorang pendiri IBM, memanggil pemimpin muda tersebut ke kantornya, dan begitu bertemu, pimpinan yunior tersebut langsung mengatakan, "Anda pasti menginginkan pengunduran diri saya, bukan?" Namun dengan tenang Waston menjawab, "Tidak, sama sekali tidak. Bukankan kita telah mengeluarkan biaya beberapa juta dolar untuk pendidikan Anda?"
Sikap lain yang dijumpai dari para pemimpin yang sukses adalah bahwa mereka sangat menghargai enerji-enerji yang telah mereka curahkan dalam mengerjakan suatu tugas. Dalam diri mereka kita juga menemukan suatu penggabungan antara kerja keras dan santai. Para pemimpin tersebut sangat menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sehingga tak ada waktu untuk memikirkan rasa kuatir akan kegagalan.
Mereka meniti kepemimpinan secara tegar tanpa rasa takut

Cerita Motivasi

1. Pelajaran Penting ke-1
Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor
memberikan quiz
mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak
semua kuliah-kuliahnya,
saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai
pada soal yang
terakhir. Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama
depan wanita yang
menjadi petugas pembersih sekolah?

Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering
melihat perempuan ini.
Tinggi, berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi
bagaimana saya tahu
nama depannya... ?

Saya kumpulkan saja kertas ujian saya, tentu saja
dengan jawaban soal
terakhir kosong. Sebelum kelas usai, seorang rekan
bertanya pada Profesor
itu, mengenai soal terakhir akan "dihitung" atau
tidak. "Tentu Saja Dihitung
!!" kata si Profesor.

"Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak
orang. Semuanya penting
!!! Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun
itu cuma dengan
sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"! Saya selalu
ingat pelajaran itu.

Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih
sekolah adalah "Dorothy".


2. Pelajaran Penting ke-2 - Penumpang yang Kehujanan
Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang
wanita negro rapi yang
sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol
Alabama. Ia nampak mencoba
bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir
seperti badai. Mobilnya
kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat
ingin menumpang mobil.
Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan
setiap mobil yang lewat.

Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule,
dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham
akan konflik etnis
tahun 1960-an, yaitu pada saat itu.

Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat
hingga suatu tempat, untuk
mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini
taksi. Walaupun terlihat
sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang
alamat si pemuda itu,
menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si
pemuda.

7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule
ini diketuk seseorang.
Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman
sebuah televisi set
besar berwarna (1960-an!) khusus dikirim ke rumahnya.

Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang
isinya adalah :

"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan tol
malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung
saja anda datang dan
menolong saya.Karena pertolongan anda, saya masih
sempat untuk hadir disisi
suamiku yang sedang sekarat..hingga wafatnya.

Tuhan memberkati anda,karena membantu saya dan tidak
mementingkan dirimu
pada saat itu"

- Tertanda Ny. Nat King Cole -
*) Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi negro
tenar thn. 60-an di USA



3. Pelajaran penting ke-3 - Selalulah perhatikan dan
ingat, pada semua yang
anda layani.

Di zaman es krim khusus (ice cream sundae) masih
murah, seorang anak
laki-laki umur 10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel,
& duduk di meja.
Seorang pelayan wanita menghampiri & memberikan air
putih dihadapannya. Anak
ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice
cream sundae?" katanya.
"50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian
mengeluarkan isi sakunya &
menghitung serta mempelajari koin-koin di
kantongnya.... "Wah... Kalau ice
cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi
kali ini orang-orang
yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak.., dan
pelayan ini mulai
tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil
uring-uringan.

Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi
koin-koin yang tadi
dikantongnya. "Bu... saya pesan yang ice cream biasa
saja ya..." ujarnya.
Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut,
meletakkan kertas kuitansi
di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini
kemudian makan
ice-cream, bayar di kasir, dan pergi.

Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk
membersihkan meja si anak kecil
tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun
disamping piring kecilnya
yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen & 5 buah koin
1-sen.

Anda bisa lihat...anak kecil ini tidak bisa pesan
Ice-cream Sundae, karena
tidak memiliki cukup uang untuk memberi sang pelayan
uang tip yang "layak"
...



4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita
Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang
menempatkan sebuah batu
besar di tengah jalan. Raja tersebut kemudian
bersembunyi, untuk melihat
apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.
Beberapa pedagang
terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari
batu besar tersebut.

Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang
Raja, karena tidak
membersihkan jalan dari rintangan. Tetapi tidak ada
satupun yang mau
melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong
banyak sekali sayur
mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian
meletakkan dahulu bebannya,
dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong
dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu
besar itu. Ketika si
petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata
ditempat batu tadi ada
kantung yg berisi banyak uang emas dan surat Raja.
Surat yang mengatakan
bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau
menyingkirkan batu tersebut dari
jalan.

Petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita
tidak pernah bisa
mengerti. Bahwa dalam setiap rintangan, tersembunyi
kesempatan yg bisa
dipakai untuk memperbaiki hidup kita.



5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan

Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang
bekerja di sebuah
rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis
kecil yang bernama Liz,
seorang penderita satu penyakit serius yang sangat
jarang. Kesempatan
sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil
yang berumur 5 tahun,
yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama.

Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk
penyakit itu. Dokter
kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal
tersebut ke anak kecil
ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya
kepada kakak
perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu
sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya
akan melakukan hal
tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".
Mengikuti proses
tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat
tidur, disamping kakaknya.
Wajah kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai
pucat dan senyumnya
menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan
bertanya dalam suara yang
bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati
dokter...?"

Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa,
bahwa ia harus
menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa
kakaknya.
Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah
segalanya.... ?