September 09, 2011

Sikap yang Konsisten

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata ku."
-----------------
Anda mungkin sudah pernah mendengar cerita ini sepertihalnya Saya, namun setiap kali saya membacanya kembali cerita ini saya mendapat hal yang berbeda.

Saya teringat seorang sahabat yang malu mempertemukan orangtuannya dengan sahabat-sahabatnya karena orangtuanya orang desa, culun dan tidak bisa membaca, padahal semasa anak-anak Ia begitu bangga dan dekat dengan orang tuanya, hanya karena Ia disekolahkan agar Ia lebih pandai, dibelikan pakaian yang bagus agar Ia bisa sama dengan teman-temannya lalu sekarang Ia menjadi malu memperlihatkan orangtuanya yang sudah menjadi lusuh dan keriput karena berkerja keras untuknya. Semoga kita bukan salah satu bagian dari cerita diatas.

Dilingkungan kerja sering juga terjadi hal yang sama, ketika pertama kali seorang karyawan diterima berkerja Ia begitu Rajin, tertib, sopan dan bersemangat tinggi, lalu Ia diberi kesempatan untuk berkembang pada jabatan yang lebih tinggi, diberi fasilitas, diberi waktu dan biaya untuk belajar, seminar, workshop dan pelatihan-pelatihan lainnya sehingga Ia menjadi orang yang diperhitungkan banyak kalangan, disisi lain karena kepintarannya, karena pengalamannya Ia menjadi sulit untuk menghargai, sulit diberi masukan, mulai melawan, mulai membangkang dan membodoh-bodohkan pemimpin yang telah memberikannya kesempatan padanya untuk berkembang. Jika kita pada posisi pemimpin dalam cerita ini bisa jadi kita IKLAS atau bisa jadi kita MENYESAL karena telah membesarkan Anak Macan.

Kita semua berhak atas segala hal yang lebih baik, namun tentunya sebagai manusia yang beragama kita perlu memperhatikan hukum-hukum, kaidah-kaidah yang ada. Tentunya kita perlu obyektif dalam penilaian, karena umumnya kita sulit menjadi obyektif ketika penilaian itu untuk diri kita sendiri.

Setiap AKIBAT pastilah diawali oleh SEBAB yang mestinya kita tanggung, seringkali kita tidak mampu menyadari, tidak mampu menemukan SEBAB atas AKIBAT yang kita terima, lalu akhirnya kita REAKTIF, MARAH, MEMBENCI, MENYALAHKAN, berpikir telah terjadi ketidakadilan, yang pada akhirnya menciptakan SEBAB baru tentu dengan AKIBAT yang baru juga, demikian seterusnya sehingga tanpa kita sadari kita telah menciptakan nasib kita sendiri bahkan mungkin takdir kita sendiri dari akumulasi SEBAB yang kita lakukan.

Sepanjang sejarah Saya membangun usaha saya jarang sekali ditipu karyawan, bahkan pada usaha yang belum tentu saya tengok setahun sekali, andaipun ada biasanya hal-hal kecil dan segera ada saja pihak yang memberi tahu. Secara pasti saya tidak tahu mengapa tapi dalam kesadaran saya, saya tidak berlaku curang pada siapapun, saya selalu mengajarkan kejujuran sebagai pondasi utama dalam berkerja dan berusaha, bahkan menjadikan mereka sebagai mitra dalam menentukan penghasilan mereka sendiri.

Salam
Made Sumiarta
http://premaananda.wordpress.com
YM : made_mg | PIN : 27B59965

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Webblog recomended http://premaananda.wordpress.com

Sikap yang Konsisten

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata ku."
-----------------
Anda mungkin sudah pernah mendengar cerita ini sepertihalnya Saya, namun setiap kali saya membacanya kembali cerita ini saya mendapat hal yang berbeda.

Saya teringat seorang sahabat yang malu mempertemukan orangtuannya dengan sahabat-sahabatnya karena orangtuanya orang desa, culun dan tidak bisa membaca, padahal semasa anak-anak Ia begitu bangga dan dekat dengan orang tuanya, hanya karena Ia disekolahkan agar Ia lebih pandai, dibelikan pakaian yang bagus agar Ia bisa sama dengan teman-temannya lalu sekarang Ia menjadi malu memperlihatkan orangtuanya yang sudah menjadi lusuh dan keriput karena berkerja keras untuknya. Semoga kita bukan salah satu bagian dari cerita diatas.

Dilingkungan kerja sering juga terjadi hal yang sama, ketika pertama kali seorang karyawan diterima berkerja Ia begitu Rajin, tertib, sopan dan bersemangat tinggi, lalu Ia diberi kesempatan untuk berkembang pada jabatan yang lebih tinggi, diberi fasilitas, diberi waktu dan biaya untuk belajar, seminar, workshop dan pelatihan-pelatihan lainnya sehingga Ia menjadi orang yang diperhitungkan banyak kalangan, disisi lain karena kepintarannya, karena pengalamannya Ia menjadi sulit untuk menghargai, sulit diberi masukan, mulai melawan, mulai membangkang dan membodoh-bodohkan pemimpin yang telah memberikannya kesempatan padanya untuk berkembang. Jika kita pada posisi pemimpin dalam cerita ini bisa jadi kita IKLAS atau bisa jadi kita MENYESAL karena telah membesarkan Anak Macan.

Kita semua berhak atas segala hal yang lebih baik, namun tentunya sebagai manusia yang beragama kita perlu memperhatikan hukum-hukum, kaidah-kaidah yang ada. Tentunya kita perlu obyektif dalam penilaian, karena umumnya kita sulit menjadi obyektif ketika penilaian itu untuk diri kita sendiri.

Setiap AKIBAT pastilah diawali oleh SEBAB yang mestinya kita tanggung, seringkali kita tidak mampu menyadari, tidak mampu menemukan SEBAB atas AKIBAT yang kita terima, lalu akhirnya kita REAKTIF, MARAH, MEMBENCI, MENYALAHKAN, berpikir telah terjadi ketidakadilan, yang pada akhirnya menciptakan SEBAB baru tentu dengan AKIBAT yang baru juga, demikian seterusnya sehingga tanpa kita sadari kita telah menciptakan nasib kita sendiri bahkan mungkin takdir kita sendiri dari akumulasi SEBAB yang kita lakukan.

Sepanjang sejarah Saya membangun usaha saya jarang sekali ditipu karyawan, bahkan pada usaha yang belum tentu saya tengok setahun sekali, andaipun ada biasanya hal-hal kecil dan segera ada saja pihak yang memberi tahu. Secara pasti saya tidak tahu mengapa tapi dalam kesadaran saya, saya tidak berlaku curang pada siapapun, saya selalu mengajarkan kejujuran sebagai pondasi utama dalam berkerja dan berusaha, bahkan menjadikan mereka sebagai mitra dalam menentukan penghasilan mereka sendiri.

Salam
Made Sumiarta
http://premaananda.wordpress.com
YM : made_mg | PIN : 27B59965

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Webblog recomended http://premaananda.wordpress.com

September 05, 2011

10 Hal yang perlu diketahui

10 Hal yang Tak Akan Tuhan Tanyakan Pada Hari Akhir⁠


Kiamat, hari yang sudah pasti akan ditentukanNya pada saat yang tak seorang manusiapun bisa meramalkannya. Tahukah engkau, saat hari itu tiba, apa yang akan Ia tanyakan padamu?
1. Tuhan tak bertanya jenis kendaraan apa yang kau gunakan, Dia akan bertanya berapa banyak orang yang kau berikan tumpangan.

2. Tuhan takkan bertanya berapa luas halaman rumahmu, Ia bertanya berapa banyak orang yg kau terima dirumahmu.

3. Tuhan tidak bertanya tentang pakaian yang kau simpan dilemari, Ia bertanya berapa banyak orang yg telah kau berikan pakaian.
4. Tuhan tidak bertanya berapa besar gajimu, Ia akan bertanya apakah engkau menjual hati nuranimu untuk memperolehnya.

5. Tuhan takkan bertanya apakah pekerjaanmu, Ia akan bertanya apakah engkau menjalankan pekerjaanmu dengan kemampuaan terbaik yg kau miliki.

6. Tuhan takkan bertanya berapa banyak teman yg kau miliki, Ia akan bertanya berapa banyak orang yg mengalami bahwa engkau adalah teman.

7. Tuhan takkan bertanya dengan tetangga seperti apa engkau tinggal, Ia akan bertanya bagaimana engkau memperlakukan tetanggamu.

8. Tuhan takkan bertanya mengenai warna kulitmu, Dia akan bertanya putihkah hatimu.

9. Tuhan takkan bertanya mengapa sekian lama engkau mencari keselamatan, Dia akan dengan penuh kasih membawa engkau ke rumah surgawi, dan bukannya ke gerbang neraka.

10. Tuhan tak perlu bertanya,kepada berapa banyak orang kau teruskan pesan ini, Dia telah mengetahui keputusanmu.

Salam
Made Sumiarta
(Prema Ananda | AKMI Baturaja)
YM. : made_mg
Pin BB. : 27B59965
mobile : 08156 80 3709
0819 3177 3299
0813 90 13 8484
Phone. : +62 274 558126
email. : madeprema@gmail.com
madeprema@yahoo.co.id
http://www.premaananda.co.cc
http://www.prema-ananda.co.cc
http://www.akmi-baturaja.ac.id
http://www.ogan.co.cc
http://www.hipmikindo.co.cc
http://www.iksjogja.co.cc
facebook : http://www.facebook/made.sumiarta

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Webblog recomended http://premaananda.wordpress.com