Oktober 16, 2008

Lakukan yang terbaik untuk Hidupmu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada si tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk miliknya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu“ katanya ”hadiah dari kami”. Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri
*************
Rekan-rekan sekalian, dalam kehidupan nyata banyak kita temukan hal senada, misalnya didunia dagang, ada yang menjual daging ayam mati, kenapa mereka menjualnya, karena toh yang makan bukan dia, Bakso yang dicampur daging tikus, hiii.... dengarnya aja sudah bikin mual, lalu kenapa orang tega menjualnya, mungkin jawabanya ya sama... karena toh yang makan bukan mereka, coba tanyakan kepada mereka yang menjual bakso yang dicampur daging tikus apakah mereka juga makan bakso itu? saya rasa jawabanya sudah pasti tidak.
Hal ini mungkin bisa menjadi satu bukti, bahwa tidak ada yang lebih peduli akan kehidupan/masa depan kita selain kita sendiri, atau sebaliknya "kita hanya tertarik pada diri kita sendiri, kita tertarik kalau berbicara prestasi kita, kehebatan kita, masa depan kita, bahkan pendapat kita sangat dipengaruhi oleh kepentingan kita, pengetahuan kita, dan hal-hal lain yang terkait dengan diri kita.
************
Karyawan menginginkan hasil yang terbaik dengan usaha yang minim, demikian juga bos. sehingga muncullah konflik yang pada akhirnya menurunkan kinerja personal maupun lembaga.lalu mata rantai itu berputar terbalik, lembaga tidak untung, sehingga tidak mampu memberikan yang terbaik untuk karyawan terlebih pada pemilik, lalu siapa yang paling dirugikan dalam hal ini? kalau kita tanya ke masing-masing pihak pastilah mereka yang mengaku paling dirugikan, itu artinya semua pihak akan dirugikan, apa penyebab hal ini, jawaban yang pasti adalah karena salah memberi beban nilai pada hak dan kewajiban
************
Apa kewajiban dan hak Karyawan? apa kewajiban dan hak lambaga (Bos)? hal ini tentunya sudah dibicarakan sebelum terjadinya ikatan kontrak kerja, namun secara umum kewajiban karyawan adalah memberikan kinerja yang terbaik, hak karyawan adalah menerima yang terbaik sesuai dengan kapasitasnya. lalu kewajiban lembaga adalah memberikan konpensasi yang terbaik, dan haknya adalah menerima yang terbaik dari karyawan sesuai dengan kapasitas yang diberikan.
Jika sekarang kedua belah pihak melupakan haknya dan sama-sama mengedepankan kewajibannya bukankah semua pihak akan menerima hak secara otomatis.
************
Pada Prakteknya banyak pihak saling menunggu untuk memberikan yang terbaik, lembaga menunggu kinerja terbaik karyawan dan karyawan menunggu konpensasi terbaik dari lembaganya. namun secara statistik kita semua harus sadari, bahwa jumlah lembaga yang tersedia dimuka bumi ini dengan jumlah pencari kerja (karyawan) yang ada, jumlahnya sangat jauh berbeda, jumlah pencari kerja jumlahnya ribuan kali lipat dibanding jumlah lembaga/perusahaan yang ada, dengan demikian tentunya perusahaan/lembaga lebih punya banyak pilihan untuk memilih karyawan yang terbaik.
************
Terlepas dari semua hal diatas, pada hakekatnya kita terlahir ke dunia ini untuk berbuat/ karma, sehingga kita mendapatkan hasil atas perbuatan kita atau atas apa yang kita perbuat (Pala). apapun yang kita lakukan pada dasarnya untuk kita sendiri, untuk kehidupan kita, untuk amalan kita, walaupun sepertinya kita melakukannya untuk orang lain, tapi sebenarnya akan kembali berpulang pada kita. misalnya kita memberi makan seorang anak gelandangan, sepertinya apa yang kita lakukan tadi untuk orang lain, tapi pada dasarnya kita berbuat itu semua untuk diri kita sendiri, untuk membangun citra tentang siapa kita (kita orang baik), kita orang yang pengasih, untuk mendengar ucapan terimakasih yang tulus yang membahagiakan hati kita. dan jika kita percaya pada keberuntungan, keberkatan, kebahagiaan dunia akhirat, surga, maka untuk itulah kita melakukannya.
Demikian halnya dalam dunia kerja, kita melakukan pekerjaan dengan baik, jujur dan berprestasi, kita berpikir kita melakukannya semata-mata hanya untuk menguntungkan perusahaan, sehingga kita MINTA untuk dihargai. Padahal apa yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri, untuk membangun citra kita dimata lembaga, masyarakat terlebih di mata TUHAN. Perkataan kita, sikap, perbuatan, pola pikir kita akan mencitrakan tentang siapa kita, kita ingin dikenal dengan citra seperti apa. apakah kita ingin dikenal sebagai orang yang menyenangkan, orang yang tulus (tidak itungan), orang yang cerdas, orang yang bisa dipercaya, orang yang bisa diberi tanggungjawab, atau kita ingin dikenal sebagai orang yang tidak performance, sulit diajak kerja sama, keras kepala, berbahaya. semua itu sangat bergantung bagaimana kita mencitrakan diri kita. Hanya orang yang peduli pada nasibnyalah yang akan peduli pada orang lain dan lingkungannya.
*************
Kita semua tentunya pernah menjadi orang yang ikut menentukan apakah seseorang layak menjadi rekan kerja kita, menjadi pemimpin kita, dsb. misalnya kita mungkin pernah ikut dalam pemilihan kepala desa, tentunya kita punya kreteria sebelum menentukan pilihan. ternyata demikian halnya didalam sebuah lembaga, untuk penentuan kenaikan Gaji, kenaikan Jabatan, pemberian penghargaan, lembaga akan menilai dari berbagai aspek, baik aspek pribadi maupun aspek profesional. apapun yang kita lakukan akan akan menjadi buah untuk diri kita. semua yang ada diluar diri kita adalah cermin untuk kita, ia memantulkan bahkan gerakan sekecil apapun yang kita lakukan, jika kita menjulurkan lidah kita, maka itu yang akan kita lihat dihadapan kita, jika kita mencaci, maka itu yang akan kita dengar, jika kita memuji maka pujianlah yang kita dengar, jika kita menghargai, maka penghargaanlah yang akan kita terima.
**************
Jika kita mengharapkan yang terbaik, maka lakukan hal-hal yang terbaik pula.

Tidak ada komentar: